Gambar terkait

Oleh: Si Pincang
Category TAUHID
16 Rabiul Akhir 1434H
1 March 2013
06:57

hakekat Iman itu ialah :  
(QOBUULIR RUUH)
Yakni : Menerimanya Ruh akan Tauhid Rubuubiyyah.
Kalau dalam ilmu kalam diistilahkan :
HADIITSUN NAFSI TABII`UN LIL MA`RIFATI.
Artinya : ” Iman itu adalah : Omongannya nafsi atau percayanya nafsi, tapi nafsi itu percaya setelah mengetahui (ma`rifat) “.
Jadi mengetaui dahulu, setelah tahu kemudian percaya.
Ada yang percaya dulu tetapi tidak mengetahui, ini namanya taqlid.
Seumpama ditanya :
Kamu percaya akan adanya cangkir ? “.
Dijawab : ” Ya, saya percaya “.
Lalu ditanya lagi :
Apakah kamu sudah tahu akan cangkir ? “.
Dijawab : ” Belum tahu “.
Maka kepercayaan yang seperti ini adalah taqlid, yakni: Percaya akan adanya sesuatu tetapi tidak mengetahui sendiri, namun hanya katanya-katanya saja.
Dan ada lagi orang itu yang percaya akan sesuatu setelah mengetahui terlebih dahulu.
Seumpama ditanya : ” Kamu tahu cangkir ? “.
Dijawab : ” Ya, saya tahu cangkir “.
Ditanya lagi :
Apakah kamu percaya akan adanya cangkir itu ? “.
Dijawab : ” Ya, saya percaya “.
Maka kepercayaan karena telah mengetahuinya ini disebut: Iman Ma`rifat.
Jadi iman itu ada dua macam :
1. Ada Iman Ma`rifat.
2. Ada Iman Taqlid.

Seandainya ada orang ditanya :
A : ” Kamu percaya Alloh ? “.
B : ” Percaya “.
A : ” Yaqin ? “.
B : ” Yaqin, bahkan `ainul yaqin, haqqul yaqin “.
A : ” Berapa Alloh itu ? “.
B : ” Hanya satu “.
A : ” Ataukah mungkin ada dua ? “.
B : ”     Tidak !. Seandainya saya dipaksa agar berkata bahwa Alloh itu lebih dari satu, walaupun saya dipotong-potong seperti lombok, dirajang-rajang seperti kembang, pastilah aku tetap berkata bahwa Alloh itu hanyalah Satu, bukan dua.
Tuhan Alloh itu hanya satu til-til, tidak ada lainnya, kalau ada orang yang mengatakan bahwa ada Tuhan lainnya Alloh, itu adalah musyrik, itu najis :
INNAMAL MUSYRIKUUNA NAJASUN. (At Taubat).
Artinya : ” Sesungguhnya orang-orang musyrik itu adalah najis”.
A : ”     Sebentar…………, kamu kok sangat metiti seperti demikian bahkan sampai berani mati segala itu lho, apakah kamu sudah tahu Gusti Alloh ? “.
B : ” Sudah “.
A : ” Bagaimana “.
B : ” Gemuk “.
Kalau jawabannya seperti ini, ya percuma saja ngotot seperti itu, hanya ngototi sesuatu yang salah.
 Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad S.A.W. bersabda :
QOOLA ROSUULULLOOHI SHOLLALLOOHU `ALAIHI WASALLAM : LAA IIMAANA LIMAN LAA AMAANATA LAHU.
Artinya : Bersabda Rosululloh SAW : “Tidak ada iman bagi orang yang tidak melaksanakan amanat”.
Jadi hakekatnya amanat yang sampai jagad tidak sanggup menerimanya adalah Tauhid Rubuubiyyah.
Dan sebelum seluruh manusia turun  ke dunia, didalam NAFS-nya sudah tertanam Tauhid Rubuubiyyah yang langsung berhadapan langsung kepada Alloh, tidak memakai perantaraan Nabi, tidak memakai dalil Alqur-an, dan juga tidak memakai dalil alam, tapi langsung.
Disinilah sumbernya Ladunii, inilah sumbenya segala sumber.
Lupakah kita ?
Ya kita lupa, karena di dunia kita terlalu sibuk.

Pertama pertanyaannnya ialah :  (ALASTU).
Kemudian jawabannya ialah  :           (BALAA).
Setelah itu : (SYAHIDNAA).
(SYAHIDNAA) ini ma`rifat, oleh sebab itulah didalam syahadat itu bunyinya adalah :
(ASYHADU) : ” Ingsun menyaksikan “.
(AN) : ” Sesungguhnya ” ( Ingsun menyaksikan itu tidak bohong-bohongan, tapi benar-benar).
(LAA ILAAHA)  : ” Tidak ada Tuhan “.
(ILLALLOH) : ” Lainnya Alloh “.
Ini adalah kalimat syahadat / kalimat tauhid, dan kalimat syahadat itu semestinya timbul dari ilmu tauhid.
Jadi kalimat tauhid itu timbul dari ilmu tauhid, dan ilmu tauhid adalah timbul dari hakekat tauhid.
Ada kalimat tauhid, ada ilmu tauhid, dan ada hakekat tauhid.
Jadi jangan dikira orang yang banyak membaca LAA ILAHA ILALLOH itu adalah sudah ahli tauhid, tidak, karena yang dibaca itu hanyalah kalimat tauhid, yang kalimat tauhid itu timbul dari ilmu tauhid, dan ilmu tauhid timbul dari hakekat tauhid.
Dan kalimat itu sendiri ada bermacam-macam ;
  • Kalau kalimat itu disusun dengan ucapan, maka namanya adalah kalimatul `ibarot.
  • Kalau kalimat itu tidak disusun dengan ucapan tapi tersusun dari tulisan-tulisan, namanya adalah kalimatul maktabat.
  • Bila kalimat itu tersusun dengan gerakan maka namanya kalimatul isyarah.
  • Apabila kalimat itu disusun di hati saja, tidak disusun dengan suara atau tulisan atau isyarah, namanya kalimatun nafsi.
Jadi ada kalimatul `ibarat, ada kalimatul isyarah, ada kalimatun nafsi, dan ada kalimatul hakikat.
jadi di dalam hati tetap ada iman, tapi lesan manusia mengingkari.. bersambung !!

Post a Comment